Kompak.id | Komunikatif, Profesional & Kredibel
BERITA UTAMA

PWI Kaltim Peduli, Anggota DPRD, Camat dan Puluhan Relawan Gempur Kelurahan Sempaja Timur Samarinda, 19 Orang Terkonfirmasi DBD

Samarinda  – Puluhan relawan dari berbagai organisasi dibawah koordinasi PWI Kaltim Peduli bersatu padu turun ke lapangan mengempur  daerah Kelurahan Sempaja Timur Kecamatan Samarinda Utara, menyusul adanya laporan warga masyarakat yang ada di puluhan RT di kelurahan tersebut positif DBD akibat tergigit nyamuk Aedes aegypti pembawa virus demam berdarah dengue (DBD).

Ahmad Sopiani warga RT 06 Kelurahan Sempaja Timur mengatakan bahwa dilingkungan tempat tinggalnya sudah ada satu anak yang positif DBD sampai dirawat rumah sakit, namun anehnya adanya kejadian ini tidak membuat instansi terkait melaksanakan antisipasi jangan sampai ada warga-warga yang lain yang turut terserang virus yang dibawa oleh nyamuk dengan ciri ukurannya kecil berwarna hitam dengan belang putih di sekujur tubuhnya.

Gempuran pertama menggunakan alat pengasapan (Fogging) dengan merek Swingfog buatan German atas pinjaman dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda dilaksanakan di Kelurahan Sempaja Timur dengan di komandani Camat Samarinda Utara Syamsu Alam menyusur beberapa tempat, terutama di sekitar rumah anggota warga yang telah terdeteksi DBD, antara lain di lingkungan RT 53, 26,28, 40, 41, 06, 50 dan 39, Ahad pagi 23 Januari 2022.

Camat Samarinda Utara, Syamsu Alam mengatakan, gempuran terhadap demam berdarah di daerah yang dipimpinnya ini murni diinisiasi oleh beberapa relawan yang ada di Kota Samarinda. “Saya paham, mereka sangat perduli akan kesehatan saudara-saudaranya, mereka yang berusaha mencari alat dengan meminjam ke berbagai pihak, mereka juga yang bergotong royong menyediakan perlengkapan untuk penyemprotan seperti solar, cairan pembesmi nyamuk. Bantuan cairan pembasmi nyamuk ini, kita dibantu dari Yayasan Karya Insani,” jelas Syamsu Alam saat ditemui media ini di sela-sela aksi bhakti sosial ini.

Menurut Syamsu Alam ini relawan bergerak sebenarnya untuk memancing pihak lain agar bergerak, jangan sampai timbul korban jiwa baru dinyatakan KLB. “Pihak yang terkait seharusnya tergerak adanya relawan turun tangan. Kenapa relawan turun tangan karena ada kasus dilaporkan tetapi tidak mendapat tanggapan. Semoga kedepan jika ada kasus DBD pihak RT harus segera lapor ke kelurahan, dilanjutkan ke puskesmas,” Jelas Syamsul Alam.

BACA JUGA :  Aseek, Vaksin Dua Kali, Tak Perlu Lagi Antigen atau PCR

Para relawan yang turun aktif bahu-membahu dalam kegiatan bhakti sosial fogging menyusul adanya 19 anak yang dinyatakan terkena DBD ini antara lain tampak Ahmad Sopian Noor anggota DPRD Kota Samarinda, dari lembaga swadaya masyarakat LPM, FMP, LMP Fire and Rescue,  PPK Annur, FLDM, Raudhatul Jannah, Ambulane Laz DPU , Tagana, , Relindo, dan PWI Kaltim Peduli.

Beberapa relawan yang ditemui media ini mengatakan bahwa upaya meminjam alat fogging sudah diupayakan ke UPDT Puskesmas di berbagai tempat, namun pihak puskesmas dengan alasan khawatir tidak ada yang bertanggung jawab terhadap alat itu sehingga tidak bersedia meminjamkan. “Kami sudah berupaya mencari peminjaman alat fogging ke berbagai puskesmas, terakhir yang saya lobby Puskesmas Air Putih, namun karena alasan tertentu, khawatir tidak ada yang bertanggung jawab sehingga tidak bersedia meminjamkan alat fogging yang dimilikinya,” jelas Munanto salah seorang relawan dari PWI Kaltim Peduli.

Hal demikian juga disampaikan Ruli W yang melobbi puskesmas Wonorejo untuk meminjan alat fogging.

Upaya para relawan untuk mendapatkan alat fogging yang termasuk barang langka dan harganya lumayan mahal ini, tidak mundur walaupun di tolak berbagai puskesmas yang diketahui memiliki alat ini. Melalui upaya lobby Ahmad Sopian Noor anggota DPRD Kota Samarinda dapil Samarinda Utara, DKK merelakan satu alatnya untuk dipinjamkan.

Riyad, tehnisi yang menanganani alat Fogging di Dinas Kesehatan Kota Samarinda saat proses meminjamkan alat fogging ini, Sabtu, 22 Januari di Posko KPJ mengatakan bahwa sebenarnya alat fogging di setiap Puskesmas itu ada, namun karena pengoperasiannya yang memerlukan keterampilan khusus sehingga puskesmas tidak akan melepas alatnya sembarangan untuk dipinjamkan ke pihak lain, harus dengan petugasnya, dan mereka punya ketentuan sendiri dimana perlu disemprot dan dimana tidak.

Saat proses peminjaman Riyad juga melatih operator yang akan menggunakan alat ini, mulai bagaimana cari mengidupkan, mengoperasikan, mematikan alat Fogging buatan German, hingga mengoplos cairan yang digunakan untuk pembasmi nyamuk DBD ini. “Khusus untuk cairan pengasapan ini terdiri dari Solar 20 liter dicampur dengan Cinoff 1 liter, dikocok hingga rata baru dimasukkan ke dalam tangki fogging,” jelas Riyad. (Man)

Related posts