Kompak.id | Komunikatif, Profesional & Kredibel
BERITA UTAMA DPRD KALTIM

Reza Fachlevi Sosialisasikan Wawasan Kebangsaan, Singgung Proto Nasionalisme Indonesia

Akhmed Reza Fachlevi saat Sosialisasi Wawasan Kebangsaan ke-4 di Loa Ipuh, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, Minggu (14/5/2023).

Kompak.id, Tenggarong – Angota DPRD Kaltim Akhmed Reza Fachlevi kembali menggelar Sosialisasi Wawasan Kebangsaan ke-4 untuk masyarakat Kutai Kartanegara (Kukar). Kali ini wawasan kebangsaan diberikan kepada warga Loa Ipuh, Kecamatan Tenggarong, Minggu (14/5/2023).

Ketua Komisi IV DPRD Kaltim ini membuka sosialisasinya dengan menegaskan, wawasan kebangsaan perlu dimiliki oleh siapapun. Terutama tentang Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945. Empat pilar kebangsaan itu sampai saat ini tetap relevan dalam menjaga hubungan kebangsaan, bahkan hubungan dengan dunia internasional. Terlebih Pancasila sebagai falsafah negara, kata dia, bukan hanya diwariskan kepada Indonesia, tetapi juga diwariskan Indonesia melalui pendiri negara ini kepada dunia internasional.

“Jadi alasan itu lah, kenapa sosialisasi wawasan kebangsaan ini menjadi agenda dan program kerja DPRD Kaltim. Kita ingin menjaga, melestarikan dan mengingatkan kembali bahwa Pancasila adalah warisan bangsa kita, sumbangan negara kita kepada dunia,” kata legislator asal Gerindra itu.

Pejuang politik muda ini kemudian melanjutkan, Pancasila menjadi perekat kebangsaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Dengan Pancasila, persatuan dan kesatuan bangsa dan negara yang ber-bhineka tunggal ika dapat terwujud.

“Tidak ada warisan ideologi negara yang sebaik Pancasila. Walaupun dalam pelaksanaannya kita masih temukan kekurangan-kekurangan yang tentu harus kita perbaiki,” tambah Reza.

Reza menghadirkan peneliti dari Unit Layanan Strategis Badan Kajian Pancasila dan Kenegaraan (ULS BKPN) Universitas Mulawarman, Ridwan Idris. Akademikus ini memaparkan proses terbentuknya semangat nasionalisme Indonesia, sebagai bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak kerajaan-kerajaan di Nusantara.

BACA JUGA :  Dewan Pers Gelar UKW, 27 Wartawan PWI Kaltim Dinyatakan Berkompeten

“Dulu sebelum ada Indonesia, Nusantara terdiri dari banyak kerajaan-kerajaan yang menghadapi penjajahan. Belum ada Indonesia. Banyak yang tidak tahu, apa arti dari Indonesia,” kata Ridwan memulai.

Selanjutnya, ia menjelaskan, pemerintahan Kerajaan Belanda menggunakan nama Nederlandsch-Indie atau Hinda-Belanda untuk Indonesia semasa penjajahan. Sebab, selain Belanda, Nusantara pada sejak awal 1602 juga menghadapi penjajahan Prancis, Inggris, dan Jepang.

“Indonesia berasal dari kata endos dan nesos yang artinya Hindia dan kepulauan. Kemudian kita memproklamasikan sebagai bangsa Indonesia pada tahun 1928 dalam Sumpah Pemuda yang dihadiri dari perwakilan Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Jawa. Semua sepakat bahwa kita bangsa Indonesia, tumpah darah Indonesia, satu bahasa, Bahasa Indonesia,” papar Ridwan.

Sebelum terjadi Sumpah Pemuda, pada 1924, pemakaian nama Indonesia dimulai saat diterbitkannya koran Indonesia Merdeka yang dikelola Perhimpunan Indonesia. Kemudian penggunaan secara nasional bersama-sama disepakati dalam ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

“Jadi Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 itu merupakan deklarasi secara definitif bahwa kita bangsa dan negara Indonesia. Jadi pada tahun 1928 tersebut menjadi proto nasionalisme Indonesia yang semula kerajaan-kerajaan,” ujar Ridwan menegaskan.

Selain Ridwan Indris, sosialisasi wawasan kebangsaan ini juga menghadirkan narasumber lainnya dari personel Babinkabtibmas, L Sinaga. (*)

Related posts