Kompak.id | Komunikatif, Profesional & Kredibel
POLITIK

Politikus Muda dan Perjuangan Membangun Daerah

Akhmed Reza Fachlevi berbincang dengan anak-anak di Muara Kaman, Kutai Kartanegara.

Kompak.id – Kegagalan dalam hal tertentu tidak selalu buruk, karena ada ribuan peluang keberhasilan di bidang lain. Sepanjang usaha dan optimisme masih terjaga, tidak ada yang tidak mungkin. Banyak cerita tentang keberhasilan yang ditulis dan disampaikan untuk menginspirasi orang lain.

“Saya dulu bercita-cita dan mempunyai impian yang banyak ,salah satunya inginnya sebagai PNS, namun tidak memenuhi syarat makanya tidak lolos,” ungkap Reza membuka cerita perjalanan karirnya.

Pria dengan nama lengkap Akhmed Reza Fachlevi ini merupakan salah satu contoh seseorang yang gagal meraih cita-cita sebagai abdi negara atau PNS, meskipun kedua orang tuanya adalah seorang PNS. Ayahnya saat itu menjabat sebagai camat di Kutai Kartanegara (Kukar), hampir semua warga Kukar terutama di wilayah pesisir akrab dengan nama Tajuddin Noor, camat di masa Bupati Syaukani HR dan Rita Widyasari. Ayahnya pernah menjabat sebagai Sekretaris Camat Muara Jawa, Camat Marangkayu, dan Camat Tenggarong sebelum akhirnya pensiun dini sekira tahun 2017. Pun dengan ibundanya yang juga seorang PNS, tentu turut memotivasi Reza untuk meneruskan profesi kedua orang tuanya itu.

Garis tangan berkata lain, kegagalan menjadi PNS membawa Reza untuk mencoba profesi lain. Usai menyelesaikan studi di SMAN 1 Samarinda, ia bekerja di perusahaan tambang batubara dengan upah Rp900 ribu per bulan. Jumlah itu tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya di Kaltim.

Pada 2013, kesadaran pentingnya ilmu mendorongnya untuk melanjutkan pendidikan di Universitas 17 Agustus Samarinda. Pada masa ini, Reza secara keuangan tidak ingin mengandalkan kedua orangtuanya, ia ingin secepat mungkin berdikari. Untuk itu, sambil kuliah ia belajar membangun bisnis, berjualan mobil bekas. Soal usaha dan pekerjaan, Reza yang menghabiskan masa kecilnya di Kecamatan Marangkayu itu, dengan modal kemampuan berbahasa asingnya sempat menekuni pekerjaan sebagai tour leader untuk perusahaan travel dan umrah di Samarinda.

Jiwa kepemimpinan yang diwarisi dari sang ayah cukup kuat. Reza terus mencari tempat untuk menyalurkannya. Jika sang ayah memimpin kecamatan atas kepercayaan bupati, maka Reza Fachlevi menerima mandat dari masyarakat, pada 2014 ia berhasil meraih kursi di DPRD Samarinda bersama Partai Nasdem untuk kali pertama. Dari sinilah debut sebagai seorang politikus muda ia mulai, di usia yang baru 22 tahun. Pemuda yang lahir pada 26 November 1990 tersebut akhirnya dinobatkan sebagai anggota legislator termuda di Kaltim saat itu. Talenta politikusnya mulai muncul dengan kemampuannya mengantongi 4.500 suara dari daerah pemilihan Kecamatan Samarinda Utara. Di periode ini, Reza berusaha menjalankan mandat sebagai wakil rakyat secara maksimal.

“Duduk di DPR akan ikut menentukan pembangunan daerah kita ke depannya, dan bagaimana juga kita berbuat dan mengabdi kepada masyarakat dan untuk daerah kita,” kata Reza menjelaskan.

Sebagai pemuda Kaltim yang tumbuh di Kecamatan Muara Jawa dan Kecamatan Marang Kayu lalu berpindah dari desa ke desa mengikuti sang ayah bertugas, Reza memiliki kemampuan membaca kehidupan masyarakat perdesaan. Tidak hanya itu, Reza juga membekali dirinya dengan kemampuan keagamaan. Seperti kegemarannya hadir di majelis mendengarkan maulid habsyi dan menabuh hadrah. Sehingga tidak heran jika stasiun TVRI Kaltim mendaulatnya untuk tampil bersama groupnya beranggotakan sepuluh orang dengan honor Rp100 ribu kala itu. Dari kegemaran menimba ilmu agama di majelis-majelis, kini Reza cukup dikenal dekat dengan kalangan ulama, kiai, guru (agama) dan para habaib, tidak hanya di Kaltim, tapi juga Kalsel dan Pulau Jawa.

Debutnya sebagai anggota DPRD Samarinda selama 5 tahun menjadi pelajaran dan tentunya pengalaman yang tidak ditemukannya di lembaga pendidikan. Kepercayaan masyarakat kepadanya terus ia jaga. Menjadi seorang PNS sudah hilang dari benaknya. Namun semangat mengabdi belum padam, hal itu ia tunjukan dengan menjadi politikus muda yang berani menyuarakan kepentingan masyarakat. Sebab, bagi Reza mengabdi kepada bangsa dan negara dapat melalui sarana apa saja dan di mana saja, terlebih menjadi anggota DPRD.

BACA JUGA :  Dipimpin Budisatrio, Ketua TIDAR Kaltim Optimistis Gerindra Memenangkan Pilkada
Peduli kesenian Islam: Akhmed Reza Fachlevi menyerahkan alat musik hadroh di Kota Bangun, Kutai Kartanegara.

Saluran pengabdian itu makin ia temukan manakala menjadi anggota DPRD Samarinda. Kemudian pada 2019, ia memutuskan memilih medan perjuangan yang lebih kompleks dengan menjadi caleg DPRD Kaltim dari daerah pemilihan Kukar, tanah kelahiran orang tua dan ditempat dia dibesarkan. Memeroleh dukungan keluarga terutama sang ayah, Reza Fachlevi mampu meyakinkan masyarakat Kukar untuk memberikan mandat kepadanya, ia pun terpilih menjadi anggota DPRD Kaltim termuda dengan usia yang belum genap 28 tahun.

Melihat talenta politikus muda itu, Parta Gerindra menugaskannya menjadi Ketua Komisi IV, membidangi ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, pengetahuan dan teknologi, kepemudaan dan olahraga, agama, kebudayaan, kesejahteraan sosial, keluarga berencana, pemberdayaan dan peranan wanita, transmigrasi, museum, cagar budaya dan kepariwisataan. Dengan wilayah kerja yang cukup luas tersebut, Reza bersama tim bahu membahu merancang dan merealisasikan aspirasi masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan di Kaltim.

Mentor dan Para Inspirator

Akmed Reza Fachlevi menjadikan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto sebagai tokoh inspiratif. Ia melihatnya sebagai pribadi yang tegas serta memiliki semangat tinggi untuk mengabdikan diri demi kemajuan Indonesia. Penilaian itu ia dapatkan saat berinteraksi langsung dengan sang tokoh, baik saat bertugas, pelatihan ataupun mengunjunginya di Hambalang. Reza meyakini nilai-nilai perjuangan Prabowo patut ditiru.

Selain itu, mantan Bupati Kukar Syaukani Hasan Rais. Tokoh Kukar satu ini dinilainya berjasa dalam memperjuangkan otonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat Kukar. Ia juga menjadikan anak Syaukani, Rita Widyasari sebagai pemimpin inspiratif. Mantan Bupati Kukar tersebut dinilainya telah memperjuangkan kesejahteraan di bidang pendidikan dan kesehatan di Kukar.

Tokoh berikutnya, ada Wali Kota Samarinda, Andi Harun (AH). Dengan tegas Reza menyebut AH sebagai mentor dan pembimbingnya di bidang politik. Hingga saat ini dia mengaku bersama Andi Harun kerap terlibat dalam diskusi-diskusi tentang upaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Meki begitu, pria yang gemar menyapa masyarakat itu tidak melupakan jasa-jasa orangtuanya dalam keberhasilan karir politknya. Baginya, sang ayah merupakan sosok pemimpin inspiratif yang dapat ia kenal secara lebih dekat dan mendalam. Belajar dari sang ayah, menurutnya Tajuddin Noor selain sebagai kepala keluarga, juga memberikan teladan dalam hidup, dalam beriteraksi sosial, dekat dengan semua lapisan masyarakat, serta sabar menerima keluh kesah warganya tanpa melihat latar belakang sosial, suku, agama, dan golongan.

Tidak lupa, ia menyampaikan salam takzim kepada para guru, kiai, dan alim ulama seperti Muhammad Zofarudin (Guru Udin) di Samarinda dan Habib Lutfi bin Yahya dari Pekalongan. Kedu tokoh spiritual tersebut kerap mendoakannya agar mampu mengemban dan menjalankan amanah, serta meningkatkan harkat dan martabat anggota majelis ilmu.

“Jangan pernah merasa pintar, tapi pintarlah merasa. Artinya, kita tidak boleh merasa pintar dan puas dengan pencapaian kita,” ucap Reza mengutip perkataan sang ayah.

Selain itu, bagi Reza yang kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kaltim pada Pemilu 2024 ini, menjadi politikus merupakan salah satu upaya dan pilihan dalam mengabdikan diri kepada bangsa dan negara. Menurutnya, pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan. Sehingga ia mengajak generasi muda untuk tidak ragu memilih perjuangan lewat jalur politik. Sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh para pendiri negara ini. Di usia mudanya, para pendiri negara menghabiskan waktunya untuk memerdekakan bangsa dan negara dari kolonialisme dan imperialisme yang datang silih berganti. (*)

Related posts