Kompak.id | Komunikatif, Profesional & Kredibel
ADVERTORIAL BERITA UTAMA PENDIDIKAN

Agar Lulusan Miliki Keahlian, SMAN 2 Sebulu Jalankan Double Track

KOMPAK.ID, SAMARINDA – Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara terbilang menengah ke bawah.  Secara geografis, Sebulu termasuk wilayah bagian dalam di antara dua kecamatan, Tenggarong Seberang dan Muara Kaman. Hanya 30 persen siswa lulusan SMA di Sebulu melanjutkan pendidikan mereka ke perguruan tinggi. Hambatan utamanya  adalah biaya. Sehingga lulusan SMA yang mencapai 60 persen setiap tahunnya ini akan menjadi pengangguran terbuka jika tidak dibekali dengan keterampilan atau life skill. Problematika tersebut menginisiasi SMAN 2 Sebulu untuk membekali siswanya dengan sejumlah keahlian melalui kegiatan ekstra kurikuler (eskul).

“Setelah berjalan saya baru tahu kalau program (eskul) itu disebut double track,” ungkap Kepala SMAN 2 Sebulu, Fadly Yulizannur saat berbincang dengan media ini, Rabu (16/3/2022).

Dalam kegiatan eskul yang saat ini berlangsung satu kali dalam sepekan, kata dia, siswanya di antaranya memelajari keterampilan menjahit, tata rias dan teknis mengelas dari beberapa instruktur yang bersertifikasi keahlian.

“Mau tidak mau mereka harus punya keahlian. Karena ini kebutuhan mereka yang sebagian besar setelah lulus harus bekerja, dan keinginan orang tua yang tidak mampu menguliahkan anaknya,” kata Fadly menjelaskan.

Selama ini lulusan SMAN 2 Sebulu yang sebagian besar tidak melanjutkan pendidikan terpaksa harus menganggur atau ikut membantu orang tua mereka berladang. Dengan memiliki keahlian setelah tamat sekolah, diharapkan Fadly nasib mereka berubah.

BACA JUGA :  Disporapar Kota Samarinda Rutinkan Senam Sehat 

“Eskul ini dimulai dari kelas 2. Nanti saat akan lulus ada lembaga yang menilai kompetensi mereka untuk disertifikasi. Jadi kami harus bekerja sama dengan lembaga lain sebagai assesor,” sambung Fadly.

Program double track di SMAN 2 Sebulu yang berlangsung sekira setahunan itu sebenarnya di Pulau Jawa telah diterapkan. Hanya saja menurut Fadly, untuk mengaplikasikannya terdapat sejumlah syarat yang saat ini di Kaltim belum diatur.

“Memang khusus SMA dengan beberapa persyaratan. SMA itu berada di daerah terpencil, terdalam dan terluar atau 3T. Kemudian masyarakatnya 50 persen lebih kelas menengah ke bawah dan lulusannya tidak melanjutkan pendidikan. Kalau di Surabaya ini sudah ada pergubnya,” tutur Fadly.

Terbukti, eskul di bidang menjahit paling digemari siswa. Fadly menyebutkan satu unit mesin jahit saat ini digunakan untuk tiga siswa secara bergantian. Sehingga sekolahannya berharap ada bantuan untuk penambahan mesin jahit.

“Sekolah kami siap dijadikan percontohan double track. Kami juga berharap Dinas Pendidikan dapat memfasilitasi kerja sama dengan lembaga lain,” tutup Fadly yang mengaku usai mengikuti kegiatan sosialisasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). (Adv)

Related posts