Kompak.id, Tenggarong – Dalam sosialisasi wawasan kebangsaan ke-2 di Desa Sangkuliman, Kecamatan Kota Bangn, Kutai Kartanegara, Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi mengimbau warga agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Hal tersebut menyusul situasi politik pasca pemungutan suara pada 14 Februari lalu.
Menurut pria yang akrab disapa Reza itu, setiap warga negara harus menerima hasil pemilu terutama pilpres secara dejure.
“Kita semua harus menerima hasil pemilu yang nanti akan ditetapkan oleh KPU, kalau tidak terima ada mekanisme gugatannya. Jadi apapun hasil pemilu, kita wajib menjaga kerukunan, terutama persatuan dan kesatuan. Inilah wawasan kebangsaan, mementingkan kepentingan bangsa dan negara,” kata Reza, Sabtu (2/3/2024).
Reza melanjutkan, perbedaan pilihan politik bukan menjadi alasan untuk tidak menjaga persatuan. Sebab, persatuan dan kesatuan bangsa lebih penting dari jabatan politik apapun.
“Beda pilihan politik itu biasa saja, malah jadikan perbedaan pilihan dan pandangan politik tersebut untuk memperkaya pengetahuan dan cara pandang kita untuk lebih dewasa, agar kita tidak mudah dipecah belah oleh pihak lain,” kata Reza menambahkan.
Sosialisasi ini menghadirkan pakar sosial dari Bandung, Yosef Bahtiar. Menurutnya wawasan kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia, yakni sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan dirinya dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia.
“Wawasan kebangsaan adalah konsep politik yang melihat Indonesia sebagi satu keaatuan.
Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan,” kata Yosef.
Terkait dengan menjaga dan mempertahankan NKRI, ia mengatakan, masih terdapat ancaman dari dalam dan luar negeri. Untuk itu diperlukan jiwa nasionalisme untuk mempertahankan keutuhan NKRI dari segala bentuk ancaman.
“Dalam masyarakat muncul ancama intoleransi antarumat beragama, memaksakan kehendak dan keyakinan. Kemudian ada kelompok yang ingin mengganti ideologi Pancasila. Ancaman ini tidak hanya dari dalam negeri tapi juga dari luar,” sambungnya.
Begitu pun dengan narasumber dari Alumnus Lemhanas, Endro S Efendi. Dalam sosialisasi ini, ia menjelaskan perbandingan kekuatan sosial dan budaya antara Indonesia dan Malaysia. Banyak keunggulan yang dimiliki Indonesia dalam kemampuannya menciptakan persatuan bangsa. Menurutnya Indonesia dengan modal sosial dan kebudayaan yang beragam mampu menjadi kekuatan kolektif yang saat ini dikaji banyak negara. Kemudian Terkait dengan wawasan kebangsaan, menurutnya, setelah reformasi, sejumlah sistem pendidikan dan kurikulum telah mengalami perubahan, di antaranya terkait dengan Pendidikan Pancasila.
“Jadi sejak saat itu ada generasi yang lepas, sejak reformasi banyak pendidikan Pancasila di sekolah yang tidak lagi diajarkan. Generasi muda sekarang tidak pernah tahu apa itu P4, Pendidikan Moral Pancasila yang dulu diajarkan di sekolah-sekolah,” ujar Endro menegaskan. kata Endro yang menyelesaikan pendidikan Lemhanasnya selama 7 bulan.
Sosialisasi wawasan kebangsaa ini juga dihadiri Kepala Desa Sangkuliman, Suhaimi. Ia menyampaikan terima kasihnya kepada Reza Fachevi yang menggelar sosialisasi tersebut di desanya.
Usai pemaparan dari narasumber, sosialisasi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Sejumlah warga tampak anstusias menyampaikan pertanyaan mereka kepada narasumber. (*)