Kompak.id | Komunikatif, Profesional & Kredibel
ADVERTORIAL DINAS PENDIDIKAN KALTIM

Soal Usulan Sapras, Kepala SMAN 8 Samarinda Mengaku Sulit 

SMAN 8 Samarinda

Kompak.id, Samarinda – Keluhan perihal perbaikan sarana dan prasarana (sapras) sekolah ternyata tidak semudah yang dibayangkan selama ini. Terdapat beberapa aturan dalam pengajuan perbaikan, hal itu turut dialami SMA Negeri 8 Samarinda dalam pengajuan saprasnya.

“Sebetulnya banyak yang dibutuhkan cuma ada beberapa kendala sebetulnya,” ungkap Kepala SMAN 8 Samarinda, Nurhayati, Senin (6/11/2023).

Nurhayati mengatakan sekolah bisa melakukan pengajuan untuk perbaikan jika kerusakannya telah mencapai 65 persen atau terjadi kerusakan berat. Mengambil contoh plafon yang rusak, dirinya memaparkan kerusakan plafon berasal dari seng yang bocor, tetapi ketika seng bocor tersebut difoto dan kerusakannya tidak mencapai 65 persen maka tidak bisa diajukan perbaikan.

“Kalau seng itukan walaupun bocornya dikit bisa bikin rembes juga ke plafon, semisal kami yang pake asbes itu nda bisa diperbaiki yang modelan kecil rusaknya, dia harus mengganti sekian banyak karena tidak bisa diganti satu per satu,” lanjut Nurhayati.

Lebih lanjut, Nurhayati menjelaskan, seluruh kerusakan juga tidak dapat digabung menjadi satu agar presentasi kerusakannya mencapai 65 persen. Karena dalam dapodik sendiri terdapat poin dan satuan untuk kerusakan itu masing-masing, sehingga tidak semua bisa diajukan.

“Semisal lapangan, lapangan itu tidak ada mata anggarannya untuk diajukan, pagar dan kantin pun demikian, kalau mau diperbaiki ya harus pake dana bos,” jelasnya.

BACA JUGA :  Digandeng Kesbangpol, PWI Kaltim Beri Pendidikan Wawasan Kebangsaan

Nurhayati menuturkan, dana BOS sendiri hanya dapat diperuntukkan perbaikannya untuk 30 persen dari bangunan yang ada, tidak boleh lebih. Karena aturan yang banyak, walaupun terdapat anggaran tapi tidak berkesesuaian dengan aturan yang ada, juga tetap tidak bisa dilaksanakan perbaikannya. Sehingga semuanya tidak semudah yang dibayangkan.

“Kalau salah kita juga yang kena, walaupun kita tidak pakai uangnya tapi kita salah peruntukan, jadi memang kompleks,” sambung Nurhayati.

Kendati demikian SMAN 8 Samarinda diakui Nurhayati juga rutin menerima pembaruan sapras berupa meja dan kursi, selain itu laboratorium mereka juga akan segera direhabilitasi untuk bagian atapnya.

“Mebelnya sudah datang walaupun memang gedungnya belum mulai direhab, mungkin masih tunggu anggaran lagi,” ujarnya.

Nurhayati mengungkapkan, pihaknya memang tidak bisa terlalu banyak berharap perihal perbaikan sapras dikarenakan lahan yang memang sempit, satu-satunya cara adalah pengembangan gedung yang ada. Hal tersebut pun memiliki pertimbangan lagi. Karena jika gedung dibangun dan dibongkar semua, murid tidak memiliki tempat belajar, selain itu kondisi pondasi juga meragukan bila gedung ditinggikan hingga 3 lantai, dan pihak sekolah juga tidak mau berandai-andai terkait itu.

“Kita tidak bisa berharap terlalu banyak karena memang serba salah keadaannya, memang tidak sesederhana itu permasalahan kami, jadi perlu banyak pertimbangannya,” pungkasnya. (Adv/Ain/Disdikbud Kaltim)

Related posts