SAMARINDA – Munculnya kabar seorang dokter spesialis bedah RSU AW Sjahranie Samarinda meninggal dunia di toilet rumah sakit, memantik keprihatinan legislatif. Ketua Komisi IV DPRD Kaltim Akhmed Reza Fachlevi menyebutkan, kasus seperti ini tidak bisa dianggap enteng.
“Apalagi kasus ini seolah-olah disembunyikan. Kami justru baru tahu dari media,” sebut Reza. Politisi muda Partai Gerindra ini menyebutkan, akan segera memanggil direktur rumah sakit pelat merah ini untuk dimintai keterangan.
Seperti dikabarkan, dokter spesialis bedah RSU AW Sjahranie Samarinda, dr Wahyu SpB dikabarkan meninggal dunia di toilet rumah sakit pelat merah ini.
Insiden itu terjadi pada Kamis, 4 Agustus 2022. Bahkan kabarnya, meninggalnya dokter ini baru diketahui 5 jam setelah kejadian.
“Kok bisa ada dokter meninggal di toilet. Anehnya baru tahu setelah 5 jam. Ini harus ditelusuri,” ujar Reza seolah tak percaya dengan kejadian tersebut.
Reza membenarkan, urusan hidup dan mati adalah takdir dari Tuhan Yang Maha Esa. Namun, menelusuri sebab kematiannya wajib dilakukan, untuk melihat apakah ada unsur kelalaian atau tidak dari sisi manajemen rumah sakit.
Menurut Reza, kasus seperti ini harus menjadi perhatian bersama dan tidak boleh terulang. Ini juga seolah menegaskan, bahwa rumah sakit milik Pemprov Kaltim ini memerlukan banyak pembenahan. “Seharusnya ada dokter spesialis jantung yang siap berjaga. Apalagi korban juga seorang dokter spesialis. Kejadian ini juga membuat keberadaan dokter spesialis di rumah sakit ini makin berkurang,” bebernya.
Sebelumnya Reza juga sudah menerima kabar kurangnya dokter spesialis di rumah sakit ini, terutama dokter spesialis jantung. Sebagai rumah sakit rujukan utama di Kaltim, Reza menegaskan, kondisi ini harus menjadi perhatian bersama.
“Kami memberi atensi khusus untuk kasus ini. Segera kami akan bicarakan di internal Komisi IV, untuk menentukan langkah selanjutnya,” pungkasnya.
Sebelumnya, seperti dilansir Samarinda Pos, kepala Unit Humas RSUD AW Sjahranie dr Arysia Andhina membenarkan peristiwa yang menimpa dokter spesialis bedah ini.
Namun, dr Sisi, sapaan akrab Arysia Andhina, tidak merinci lebih detail peristiwa tersebut karena harus koordinasi dulu dengan direktur rumah sakit yang masih berada di luar kota. (*)