JAKARTA – Sebanyak 51 persen masyarakat Kutai Kartanegara, sangat berharap memiliki bupati yang jujur dan bersih dari korupsi. Namun ironisnya, 43 persen masyarakat di daerah ini, tetap berharap mendapatkan uang saat sang kandidat bupati melakukan kampanye.
Hal tersebut terungkap dalam survei Peta Elektoral Pilkada Kabupaten Kukar 2024 yang dilakukan Bandung Research Strategic selama Maret 2024 tadi.
“Faktanya memang demikian. Mayoritas masyarakat menginginkan pemimpin yang jujur dan bersih dari korupsi, tapi masih pragmatis. Berharap mendapatkan uang saat kampanye,” sebut Yosep Bachtiar, kepada media ini di Jakarta, Selasa (3/4) tadi.
Dikatakan, pemimpin yang diharapkan di Kutai Kartanegara selain jujur dan bersih dari korupsi adalah, memiliki perhatian kepada masyarakat. Angkanya mencapai 27 persen. Sementara sebanyak 4 persen masyarakat menginginkan pemimpin yang tegas. Kemudian, pemimpin yang berwibawa, diharapkan sebanyak 3 persen. Begitu juga pemimpin yang dermawan, sebanyak 3 persen, dan sisanya sebanyak 2 persen masyarakat berharap pemimpin yang pintar.
Yosep kemudian menjelaskan, selain kampanye dalam bentuk uang yang dibutuhkan masyarakat sebesar 43 persen, kampanye berikutnya yang dipilih masyarakat adalah berbagi sembako sebanyak 33 persen.
“Jadi pilihannya, kalau tidak bagi-bagi uang ya bagi sembako,” katanya.
Sedangkan, bentuk bantuan yang diharapkan masyarakat ketika kampanye adalah dalam bentuk beasiswa sebesar 26 persen, pasar murah sebanyak 17 persen, pelatihan usaha sebesar 11 persen, dan pinjaman modal sebesar 11 persen. Terakhir, bantuan kepada lansia diharapkan sebesar 9 persen.
Ketika kemudian sang kandidat kepala daerah akhirnya terpilih, program yang sangat diharapkan masyarakat adalah bantuan sosial dan beasiswa, masing-masing sebesar 22 persen. Sisanya adalah program pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya sebesar 12 persen.
“Kami juga melakukan survei terkait media kampanye. Sebagian besar masyarakat yaitu 20 persen lebih suka media kampanye spanduk. Sisanya yaitu tatap muka dan dari rumah ke rumah, masing-masing 15 persen. Sedangkan baliho hanya 9 persen.
Masih dari hasil survei periode Maret 2024 tadi disebutkan, beberapa keluhan yang disampaikan masyarakat adalah mahalnya harga sembako, sulitnya mendapatkan lapangan kerja, serta kondisi infrastruktur jalan yang banyak rusak. Ada pula keluhan biaya sekolah, gas elpiji yang langka, hingga sulitnya mengakses instalasi pengobatan ditambah dengan biaya yang mahal.
Survei ini juga melihat persepsi masyarakat terhadap keadaan ekonomi di provinsi terkaya di Kaltim ini. Dari hasil survei, 44 persen masyarakat di Kukar menilai keadaan ekonomi di kabupaten ini tidak ada perubahan. Sementara 30 persen masyarakat menilai keadaan ekonomi lebih baik dan 9 persen menilai lebih buruk.
Selanjutnya, penilaian kinerja untuk pemerintahan di kabupaten ini, 45 persen masyarakat menilai pemerintahan di Kukar sudah berkinerja baik. Sedangkan 24 persen masyarakat menilai belum bekerja baik.
Karena untuk tujuan Pilkada mendatang, poin penting dari survei ini adalah menilai popularitas kandidat calon bupati di Kukar. Lantas siapa nama yang populer sebagai kandidat bupati dari hasil survei yang dilakukan lembaga ini?
Ternyata, Rendi Solihin yang saat ini merupakan wakil bupati Kukar, menempati posisi teratas dengan popularitas sebesar 47 persen. Di bawahnya, kemudian ada beberapa nama lain di antaranya para politisi Karang Paci hingga para profesional di berbagai bidang. Empat nama lain yang muncul adalah Akhmed Reza Fachlevi, Awang Yacoub Luthman, Abdul Rasyid dan Seno Aji.
“Ini posisi survei Maret 2024 tadi. Boleh jadi setiap bulan ada perubahan, tergantung pergerakan yang dilakukan masing-masing kandidat calon bupati,” bebernya.
Yosep menjelaskan, survei ini menyasar warga Kukar yang sudah mempunyai hak pilih berdasarkan peraturan berlaku, berusia 17 tahun atau sudah menikah pada saat wawancara, dan bukan anggota TNI atau POLRI.
“Survei kami menggunakan metode stratified multistage random sampling. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 1.200 responden,” sebutnya. Sedangkan margin of error lebih kurang 3,5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. “Setiap pewawancara bertugas mewawancarai 20 responden untuk setiap desa atau kelurahan,” pungkasnya. (end)