Kompak.id | Komunikatif, Profesional & Kredibel
BERITA UTAMA

Hotel Atlet Diusulkan Jadi Mall

SAMARINDA – Ketua Komisi IV DPRD Kaltim H Akhmed Reza Fachlevi, menyoroti aset bekas Pekan Olahraga Nasional (PON) 2008 di Kaltim yang mangkrak. Baik itu Stadion Utama, Stadion Madya, hingga Hotel Atlet.

Hal itu terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPRD Kaltim dengan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim Agus Tianur, Senin (21/3) tadi.

Menjawab hal tersebut, Agus Tianur menyebutkan, kawasan Stadion Madya Sempaja, Samarinda, diusulkan berubah fungsi menjadi pusat olahraga sekaligus pusat perbelanjaan.

Aset yang pernah digunakan untuk penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2008 itu, dinilai akan lebih menguntungkan jika dijadikan pusat perbelanjaan.

Sebelumnya, Agus Tianur menyampaikan, hampir semua provinsi yang memiliki aset bekas pelaksanaan PON, terbebani biaya pemeliharaan aset yang tidak sedikit. Sumatera Selatan, Riau, dan Jawa Barat, juga seperti Kaltim, kewalahan untuk memelihara aset bekas PON.

“Sarana dan prasarana eks PON nyaris tidak berfungsi maksimal. Juga mengalami berbagai kerusakan,” sebutnya.

Khusus Palembang, diakuinya masih bisa termanfaatkan dengan event SEA Games dan Asian Games. Itu pun dengan dukungan dari APBN. “Setelah itu perawatan juga tidak maksimal,” sebutnya.

Sementara aset Stadion Utama dan Stadion Madya, menurut Agus usianya sudah lebih 12 tahun. Bahkan khusus Stadion Sempaja, mencapai 16 tahun.

Hitungan Dinas Pekerjaan Umum, biaya pemeliharaan minimal 10 persen dari nilai bangunan. Dengan demikian, jika aset PON nilainya sekitar Rp 1 triliun, diperlukan dana sedikitnya Rp 100 miliar per tahun untuk memelihara dua stadion tersebut.

“Dana ini tidak sedikit, sementara dana juga diperlukan untuk sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur lainnya,” sebutnya. Sehingga hingga kini dua stadion tidak bisa dirawat maksimal.

Selain itu, dari sisi pemanfaatan juga dinilai kurang maksimal. “Stadion Palaran, walau diperbaiki, diperindah, dipercantik siapa yang menggunakan? Lokasinya jauh dari kota,” sebut Agus.

Khusus lapangan bola, diakui masih bisa dimanfaatkan maksimal. Termasuk kursi stadion, walau warnanya sudah memudar kena hujan dan panas, layak digunakan.

“Rumput stadion masih bagus. Kami bahkan punya pembibitan rumput. Sebagian rumput malah diminta untuk Berau, dimanfaatkan untuk stadion di Berau,” sebutnya.

BACA JUGA :  Pengurus IAI Se-Indonesia Perkuat Komitmen Sikapi UU Kesehatan Omnibus Law

Dari sisi perencanaan, Agus juga menyebutkan, tidak ada jalur melingkar di dekat stadion yang bisa dimanfaatkan warga seperti di Gelora Bung Karno Jakarta.

“Jalan lingkar stadion ya yang di luar, sekarang dipakai untuk akses tol,” sambungnya.

Karena itu Ia berharap, Stadion Madya juga mendukung fungsi bisnis. Di antaranya memanfaatkan eks Hotel Atlet menjadi mal atau pusat perbelanjaan.

“Kalau tetap dipertahankan menjadi hotel, tidak menarik. Karena kurang privasi. Investor banyak tidak tertarik karena tidak cocok untuk hotel. Kalau untuk mal, ada yang tertarik,” bebernya.

Agus mengaku sudah menjajaki kerja sama dengan supermarket termasuk restoran cepat saji dan waralaba lainnya.

Keunggulan yang ditawarkan adalah lokasi lahan parkir yang luas. Selain itu bisa menjadi pusat olahraga dan kuliner bagi warga.

“Sembari olahraga, warga bisa sambil menikmati kopi dan kuliner. Sudah sejak tahun lalu kami menyampaikan usulan ini, namun belum ada respons,” sebutnya.

Ia mencontohkan aset milik pemerintah di Jakarta seperti Gelora Bung Karno atau Taman Impian Jaya Ancol yang bisa menyumbangkan pendapatan asli daerah (PAD).

“Kalau DKI Jakarta bisa, Kaltim juga bisa,” sebutnya.

Harapannya dalam rapat tersebut, Komisi IV DPRD Kaltim bisa menyetujui usulan ini. “Jika segera dimanfaatkan, bangunan hotel atlet dan stadion memiliki prospek jangka panjang. Sebab kalau tidak dimanfaatkan, bangunan ini akan terus menyusut nilainya karena kerusakan,” bebernya.

Selain soal aset stadion, berbagai persoalan juga dicecar Reza, politisi dari Partai Gerindra ini. Misalnya terkait pembinaan pemuda yang semestinya jadi perhatian penting.

“Angka kelulusan SMK tinggi. Dispora semestinya bisa sinkron dengan Disnaker. Supaya lulusan SMK bisa mendapat pelatihan dan pembekalan,” sebutnya.

Begitu juga soal adanya dua kepengurusan KONI di Kaltim, hal tersebut juga sempat dipertanyakan.

Menanggapi hal itu, Agus menyampaikan, akan melakukan penajaman program kepemudaan. Termasuk mencoba mengakomodir usulan agar lulusan SMK bisa diberikan pembekalan pelatihan khusus.

Sementara untuk dualisme kepengurusan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kaltim, Agus menyampaikan, akan mengikuti sesuai dengan SK dari KONI Pusat yang diakui pemerintah. (*)

Related posts