Kompak.id, Tenggarong – Sejak lima tahun terakhir, pemerintah berusaha meningkatkan kualitas sekolah kejuruan di seluruh tanah air. Tujuannya, lulusan sekolah kejuruan memiliki keahlian dan kompetensi di bidangnya, serta mampu berkompetisi di era kemajuan teknologi saat ini dan akan datang.
Kendati demikian, harus di akui, sarana dan prasarana pendidikan di Kaltiim masih belum merata. Fasilitas pendukung untuk sekolah kejuruan tetap memerlukan aksi nyata dari pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Memahami hal itu, Ketua Komisi IV DPRD Kaltim Akhmed Reza Fachlevi berkomitmen memajukan dunia pendidikan di Kaltim, terutama SMA/SMK yang menjadi kewenangan Pemprov Kaltim. Seperti yang dikerjakan belum lama ini. Usai memberikan bantuan anggaran untuk pengadaan mebelir di SMKN 2 Sebulu, Kutai Kartanegara, Akhmed Reza kembali mengunjungi SMKN 2 Sebulu yang masih memerlukan dukungan dari wakil rakyat di DPRD Kaltim. Dalam kunjungannya kali ini, pria yang akrab disapa Reza itu, memastikan akan menganggarkan kembali peningkatan infrastruktur di sekolah tersebut.
“SMK 2 ada pembangunan lagi tahun depan, mungkin lapangan upacara. Ini salah satu komitmen saya sebagai Ketua Komisi IV. Saya tidak pernah sosialisasi di sini pada 2019 lalu. Bagi saya tidak ada lagi basis suara, tapi ini sudah jadi komitmen,” tegas politikus muda dari Gerindra itu.
Halaman SMKN 2 Sebulu memang belum tersentuh semenisasi. Apabila diguyur hujan, tidak dapat digunakan karena masih tanah urugan, terlebih saat upacara, jika tidak banjir halaman itu berlumpur.
Atas dukungan itu, Kepala SMKN 2 Sebulu, Kusdirokit mengaku berharap banyak dari wakil rakyat yang mau memperhatikan sekolah kejuruan. Menurutnya, siswa yang bersekolah di SMK setelah lulus mereka berniat bekerja. Sehingga hanya SMK yang menjadi lembaga pendidikan milik pemerintah bertanggung jawab untuk mempersiapkannya, dan hal itu perlu dukungan dari legislatif.
“Adanya Pak Reza turun ke lapangan melihat situasi SMK seperti apa, saya mengucapkan terima kasih banyak. Karena beliau akan tahu berkembangnya SMK. Karena kami berharap banyak,” ungkap Kusdirokit.
Selain halaman sekolah yang perlu semenisasi, kata dia, sekolah yang berada di SP2 tersebut memerlukan pagar dan ruang praktik atau belajar.
“Pagar sekolah, ruang belajar atau praktikum. Karena 70 persen ruangan untuk praktik. Sekarang ruangan itu tidak boleh hanya untuk teori,” katanya lagi.
Selain itu, SMKN 2 Sebulu yang kini tengah berupaya memperbaiki sejumlah peralatan praktik yang rusak akibat banjir awal tahun itu, juga berharap dapat membuka jurusan baru selain jurusan teknologi kendaraan ringan dan pertanian.
“Jurusan teknologi pengelolaan hasil pertanian (TPHP). Karena hasil panen kita oleh sendiri menjadi produk makanan kerja sama dengan SMK Tataboga di Tenggarong. Kemudian kalau boleh jurusan kelistrikan mobil, karena masih satu rumpun dengan jurusan teknologi kendaraan ringan,” bebernya.
Persoalan SMKN 2 Sebulu bisa jadi juga menjadi persoalan sebagian besar SMK di Kaltim, terutama terkait kurangnya tenaga pengajar. Sebagai sekolah kejuruan, kata Kusdirokit, tenaga pengajar atau guru SMK wajib memiliki kompetensi yang dibuktikan dengan lulus sertifikasi. Sementara SMKN 2 Sebulu sangat diminati pelajar setempat. Meski akhirnya tidak semua calon siswa yang mendaftar diterima karena keterbatasan ruangan belajar yang kini menampung 377 peserta didik.
“Kebanyakan yang berminat sampai (sekolah) menolak. Jadi harapannya dapat dibantu membuka jurusan baru. Kelemahan kami kekurangan guru produktif, yaitu guru yang mengajar dengan kompetensi. Di Kaltim ini sulit untuk guru ini. Saat penerimaan guru jurusan, tidak ada yang mendaftar,” keluh Kusdirokit. (*)