Kompak.id | Komunikatif, Profesional & Kredibel
ADVERTORIAL DISKOMINFO KALTIM

Disdikbud Kaltim Mantapkan Mulok Bahasa Daerah di SMA, Selaras dengan Pengembangan Budaya Daerah dalam Program Jospol

Atik Sulistiowati

Kompak.id, Samarinda – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalimantan Timur memastikan penerapan muatan lokal (Mulok) berbasis bahasa daerah di seluruh SMA kini memasuki tahap akhir penyusunan. Mulok tersebut telah diterapkan mulai kelas X hingga XII dan selaras dengan agenda Jaring Sosial dan Politik (Jospol) Kaltim, khususnya pada pengembangan budaya daerah sebagai bagian dari penguatan karakter masyarakat.

Subkoordinator Kurikulum dan Penilaian Disdikbud Kaltim, Atik Sulistiowati, mengatakan penyusunan kurikulum mulok dilakukan bertahap sejak 2023.

“Tahun 2023 untuk kelas 10, tahun 2024 untuk kelas 11, dan sekarang kami susun kelas 12. Targetnya, lengkap sudah tiga jenjang belajar muatan lokal Kaltim,” ujarnya, Sabtu (15/11/2025).

Atik menjelaskan bahwa penyusunan materi dilakukan oleh 20 penulis bersama dua mentor akademisi. Enam jenis mulok disediakan bagi sekolah, dengan bahasa daerah menjadi fokus utama.

“Sekolah bebas memilih sesuai karakter daerahnya. Misalnya di Paser memilih Bahasa Paser, di Berau Bahasa Berau, di Kutai Bahasa Kutai. Tujuannya agar siswa tetap mengenal dan menghargai bahasa daerahnya,” katanya.

Ia menambahkan bahwa kebijakan ini juga menjadi bagian penting dalam pelestarian bahasa dan budaya lokal. Temuan Badan Riset dan Inovasi Daerah (Balitbangda) Kaltim menunjukkan beberapa bahasa daerah berada dalam kondisi kritis, termasuk Bahasa Kutai Muara Kaman yang telah kehilangan penutur asli.

“Anak-anak harus tahu bahwa bahasa daerah mereka adalah warisan budaya yang harus dijaga,” tegasnya.

Penerapan mulok mengacu pada Permendikbud Nomor 13 Tahun 2025 yang menetapkan mata pelajaran pilihan muatan lokal dengan beban 2 jam pelajaran. Sekolah diberi keleluasaan untuk menentukan bahasa daerah sesuai identitas lingkungan masing-masing sehingga pembelajaran lebih relevan dan kontekstual.

Melalui integrasi kebijakan pendidikan dan fokus pengembangan budaya dalam program Jospol, Disdikbud Kaltim berharap siswa tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kesadaran lebih kuat terhadap akar budaya daerah sebagai bagian dari pembentukan karakter. (Adv/Diskominfo Kaltim)

Related posts