Kompak.id | Komunikatif, Profesional & Kredibel
PENDIDIKAN

Disdikbud Kaltim Genjot Penerapan Mulok Bahasa Daerah, IKIP PGRI Kaltim Akan Jadikan Mata Kuliah 

Buku muatan lokal

Kompak.id, Samarinda – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Timur terus mengakselerasi penerapan muatan lokal (Mulok) berbasis bahasa daerah, seni budaya, dan potensi sumber daya alam agar dapat diimplementasikan secara menyeluruh pada jenjang pendidikan lanjutan.

Subkoordinator Kurikulum dan Penilaian Disdikbud Kaltim, Atik Sulistiowati, mengatakan pengembangan Mulok bahasa daerah sudah berjalan sejak 2023 dan kini memasuki tahun ketiga.

“Kemarin baru selesai Uji Keterbacaan untuk Mulok kelas XII dan hasilnya sangat baik serta layak terbit,” ungkap Atik, Jumat (14/11/2025).

Namun, kata Atik, perjalanan implementasi Mulok tidak sepenuhnya mulus. Tantangan terbesar masih berkutat pada minimnya tenaga pendidik dan penulis yang benar-benar menguasai bahasa daerah.

Persoalan administratif dalam sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik) turut memperumit situasi. Banyak guru yang fasih berbahasa daerah, tetapi karena bukan lulusan jurusan bahasa, jam mengajarnya tidak dapat diakui untuk pemenuhan sertifikasi.

“Ada guru yang bisa berbahasa daerah dengan baik, tapi karena bukan guru bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, jamnya tidak diakui. Ini juga jadi persoalan nasional,” jelasnya.

Untuk menjawab persoalan tersebut, Disdikbud Kaltim tengah menjajaki kerja sama dengan sejumlah kampus untuk memberikan pelatihan dan tambahan kompetensi bagi guru bahasa Indonesia agar memiliki kualifikasi mengajar bahasa daerah.

“Harapan kami, anak-anak Kaltim bisa tumbuh dengan rasa bangga pada bahasanya sendiri. Karena siapa lagi yang akan menjaga kalau bukan mereka?” tegas Atik.

Bak gayung bersambut, rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Kaltim, Suriansyah memberi dukungan terhadap penguatan Mulok dan menyatakan pihaknya siap bersinergi untuk menyukseskan agenda ini.

“Di Kalimantan Timur ini mulok sudah jadi prioritas Dinas Pendidikan. Dan kami dari perguruan tinggi sangat mendukung, karena salah satu misi kampus kami adalah melestarikan nilai-nilai budaya lokal,” ujarnya.

Suriansyah berujar, tiga fokus pengembangan yang terkandung dalam Mulok baik bahasa daerah, seni budaya, dan sumber daya alam selaras dengan misi kampus sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Karena itu, Mulok akan dipersiapkan menjadi mata kuliah mandiri di kampus.

“Kalau sebelumnya mungkin diintegrasikan, nanti kami ingin menjadikannya mata kuliah berdiri sendiri. Mahasiswa bisa memilih, seperti mata kuliah pilihan lainnya,” jelasnya.

Disiinggung perihal kesiapan tenaga pengajar untuk nata kuliah tersebut, Suriansyah yang turut hadir dalam uji keterbacaan itu menyebut IKIP PGRI Kaltim tidak memiliki masalah berarti karena sejumlah dosen kampus yang dipimpinnya juga terlibat langsung dalam penyusunan dan pelaksanaan program Mulok di Disdikbud Kaltim.

“Tadi saya lihat ada empat dosen kami yang terlibat, termasuk yang menjadi penulis materi Mulok. Jadi dari sisi pengajar, kami siap,” terangnya.

Untuk saat ini, kata Suriansyah, hal yang bisa dilakukan hanya memasukkan mulok sebagai mata kuliah. Untuk mendirikan program studi baru, pihaknya mengaku belum sanggup karena syarat akreditasi yang ketat, harus memiliki lima dosen dengan kualifikasi linier mulai dari S1 hingga S3.

“Prodi Mulok itu sulit didirikan, karena syaratnya ketat dan program studinya sendiri tidak tersedia. Maka solusinya kami inklusikan dalam satu mata kuliah agar guru tetap bisa menguasai kompetensi itu,” imbuhnya.

Menurutnya, integrasi Mulok juga dapat dikombinasikan dengan mata kuliah kewirausahaan. Contohnya, mahasiswa dapat mempelajari kerajinan khas Kaltim seperti anjat dan tikar anyaman sebagai bagian dari materi lokal.

Dengan keterlibatan kampus, Disdikbud Kaltim berharap penerapan Mulok tidak hanya memperkuat identitas budaya daerah, tetapi juga melahirkan generasi pendidik yang kompeten menjaga kekayaan bahasa dan budaya Kaltim. (Ain)

Related posts