Kompak.id, Samarinda – Langkah Pemprov Kalimantan Timur (Kaltim) menutup terminal bayangan di Jalan APT Pranoto, Samarinda Seberang, justru menuai kritik. Meski kebijakan ini dimaksudkan agar seluruh aktivitas transportasi terpusat di Terminal Sungai Kunjang sebagai terminal utama, banyak pihak menilai keputusan itu tergesa karena kondisi terminal resmi saat ini tidak layak operasi.
Menurut Pengamat Kebijakan Publik Universitas Mulawarman, Saipul Bachtiar, lokasi Terminal Sungai Kunjang sebenarnya strategis karena berdekatan dengan Pelabuhan Sungai Mahakam, jalur penting transportasi ke wilayah pedalaman. Namun, ia menilai kondisi terminal kini memprihatinkan.
“Kalau bicara tata ruang, letaknya ideal. Tapi fasilitasnya kumuh, toiletnya buruk, ruang tunggunya tidak nyaman. Itu wajah kota, dan sekarang mencerminkan citra suram,” ujarnya, Rabu (8/10/2025).
Saipul menyebut, kondisi yang tidak representatif itulah yang mendorong masyarakat dan para sopir lebih memilih terminal bayangan dibanding terminal resmi. Ia menilai, pemerintah tidak bisa lagi sekadar melakukan rehabilitasi ringan, melainkan perlu membangun ulang terminal dengan konsep modern dan terintegrasi.
“Kalau saya pikir, ini mesti dibangun ulang dengan konsep modern, ruang tunggu nyaman, toilet yang bersih, suasana aman, dan pertokoan yang tertata rapi. Ini kan bisa menjadi ikon baru di Samarinda,” tuturnya.
Ia juga menyarankan agar pembangunan ulang terminal dilakukan bersamaan dengan pembenahan pelabuhan kapal di tepian Sungai Mahakam. Keduanya perlu dibuat terhubung secara langsung agar sistem transportasi darat dan sungai dapat berjalan efisien dan saling melengkapi.
Selain itu, Saipul menekankan pentingnya SPBU khusus bagi bus dan kapal di kawasan terminal-pelabuhan terpadu itu. “Harus ada SPBU tersendiri di kawasan itu, khusus untuk bus dan kapal. Pemerintah bisa kerja sama dengan Pertamina agar pengguna tidak kesulitan dan penyaluran BBM subsidi tetap tepat sasaran,” sarannya.
Saipul menilai, lambannya perbaikan terminal bukan karena kendala teknis, tetapi karena minimnya kemauan politik dari Pemprov Kaltim. “Di Bontang dan Kutai Timur terminal baru sudah dibangun, justru di ibu kota provinsi yang paling mendesak malah tertinggal,” tambahnya.
Sementara itu, Mistoadi, sopir bus sekaligus Ketua RT 37 Kelurahan Sungai Keledang, menilai masyarakat lebih nyaman menggunakan terminal bayangan di Jalan APT Pranoto. Menurutnya, terminal tersebut memiliki fasilitas yang lebih baik dan aman.
“Di sini ada penitipan motor, WC lengkap, aman. Kalau di Terminal Sungai Kunjang sering kehilangan motor dan akses angkotnya susah,” ungkapnya.
Mistoadi menambahkan, aktivitas keberangkatan di terminal bayangan selama ini berjalan tertib. “Setiap 10 menit satu bus berangkat menuju Balikpapan, dan kalau penumpang kurang, dialihkan ke bus berikutnya. Tidak ada yang ngetem sembarangan. Justru lebih rapi dibanding yang dibayangkan,” jelasnya.
Ia berharap, setelah penutupan terminal bayangan diberlakukan, pemerintah benar-benar membenahi fasilitas Terminal Sungai Kunjang agar masyarakat dan sopir tidak lagi enggan berpindah.
“Kalau fasilitasnya baik, orang pasti kembali ke terminal resmi. Tapi selama kondisinya masih begitu, penumpang akan tetap condong ke alternatif lain,” pungkasnya. (Ain)