Kompak.id, Tenggarong – Giat Sosialisasi Wawasan Kebangsaan kembali dilakoni Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi. Kali ini, sosialisasi wawasan kebangsaan ke-5 itu diberikan kepada warga Desa Puan Cepak, Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara pada Jumat (10/11/2023) siang.
Menurut Akhmed Reza Fachlevi, wawasan kebangsaan harus terus ditanamkan dan dipupuk di setiap warga bangsa. Terlebih kata dia, rakyat Indonesia tidak lama lagi akan memilih presidennya pada Februari 2024 nanti. Sehingga dengan memiliki wawasan kebangsaan tersebut, pemilihan presiden atau Pemilu 2024 tidak menjadi pemicu sebuah perpecahan karena perbedaan pilihan, tapi menjadi pendorong untuk memperkuat persatuan berdasarkan kepentingan nasional melalui pemilihan kepemimpinan nasional.
Dalam kesempatan itu, pejuang politik dari Partai Gerindra tersebut menegaskan, perbedaan pilihan politik bukan menjadi alasan untuk merusak persatuan bangsa. Karena dalam alam demokrasi, pilihan dan pandangan politik menjadi sebuah kewajaran dan kekayaan dalam memperjuangkan cita-cita nasional secara konstitusional. Oleh karenanya, ia beharap kepada masyarakat untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur.
“Sehingga ini penting untuk kami sampaikan. Dari saya hanya ada dua poin, pertama agar wawasan kebangsaan ini menjadi pengetahuan masyarakat pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan. Kedua, wawasan kebangsaan ini dapat menumbuhkan kembali kecintaan kepada bangsa dan negara. Untuk lebih jelasnya nanti akan disampaikan oleh narasumber kita yang sudah hadir bersama kita,” kata Reza Fachlevi saat membuka sosialisasi.
Dalam sosialisasi ini, Reza Fachlevi menghadirkan Babinkamtibmas Polsek Muara Kaman, Subandi. Polisi yang bertugas di antaranya di Desa Puan Cepat itu menjelaskan, wawasan kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia, yakni sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan dirinya dengan cita-cita dan
tujuan hidup bangsa Indonesia.
“Wawasan kebangsaan adalah konsep politik yang melihat Indonesia sebagi satu keaatuan.
Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan,” kata Subandi.
Terkait dengan menjaga dan mempertahankan NKRI, ia mengatakan, masih terdapat ancaman dari dalam dan luar negeri. Untuk itu diperlukan jiwa nasionalisme untuk mempertahankan keutuhan NKRI dari segala bentuk ancaman.
“Dalam masyarakat muncul ancama intoleransi antarumat beragama, memaksakan kehendak dan keyakinan. Kemudian ada kelompok yang ingin mengganti ideologi Pancasila. Ancaman ini tidak hanya dari dalam negeri tapi juga dari luar,” jelas Subandi.
Begitu pun dengan narasumber dari Alumnus Lemhanas, Endro S Efendi. Dalam sosialisasi ini, ia menjelaskan perbandingan kekuatan sosial dan budaya antara Indonesia dan Malaysia. Banyak keunggulan yang dimiliki Indonesia dalam kemampuannya menciptakan persatuan bangsa. Menurutnya Indonesia dengan modal sosial dan kebudayaan yang beragam mampu menjadi kekuatan kolektif yang saat ini dikaji banyak negara.
“Kita mau sukunya dari mana saja, kalau ketemu dan bicara menggunakan Bahasa Indonesia. Maaf ya, mau China, Bugis, Batak, Jawa, Banjar, Kutai dari mana saja kalau ketemu pakai Bahasa Indonesia. Di Malaysia tidak, mereka pakai bahasanya sendiri-sendiri. Bahkan mahasiswa Malaysia tertarik ingin meneliti Pancasila, mereka penasaran mengapa Pancasila masih bisa bertahan,” kata Endro yang menyelesaikan pendidikan Lemhanasnya selama 7 bulan.
Usai pemaparan dari narasumber, sosialisasi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Sejumlah warga tampak anstusias menyampaikan pertanyaan mereka kepada narasumber. Sosialisasi yang berlangsung di balai pertemuan desa itu, selain dihadiri lima puluhan warga setempat juga dihadiri Kepala Desa Puan Cepak, Donal, dan Ustaz Muhammad Faturrahman Al Kutai atau akrab disapa Ustaz Pink. (*)