Kompak.id, Tenggarong – Membangun ketahanan keluarga menjadi penting di tengah masyarakat. Sebab, tanpa ketahanan keluarga maka ketahanan secara nasional juga menjadi rapuh. Keluarga merupakan komunitas terkecil dalam masyarakat. Hal ini pulalah yang menjadi tujuan agar Peraturan Daerah (Perda) Kaltim Nomor 2 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga harus disebarluaskan kepada masyarakat.
“Bahwasannya saat ini ketahanan keluarga menjadi penting, bagaimana agar keluarga bisa hidup harmonis yang tujuannya juga menciptakan ketahanan nasional. Kita melhat keluarga-keluarga yang saat ini mengalami KDRT banyak terjadi karena perbedaan pendapat dan lainnya, maka di sinilah betapa pentingnya ketahanan keluarga,” ungkap Akhmed Reza Fachlevi membuka sosialisasinya di Desa Teratak Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara, Minggu (28/5/2023).
Pejuang politik dari Partai Gerindra itu menyebutkan, terdapat sejumlah upaya yang menjadi tahapan untuk menciptakan ketahanan keluarga, di antaranya saling terbuka dalam keluarga.
“Yang pertama bagaimana meningkatkan ketahanan keluarga yaitu menciptakan waktu bersama keluarga. Kedua mempertahankan keterbukaan, saling terbuka di dalam keluarga ini penting untuk saling percaya. Ketiga, penataan keluarga dan keempat menerima perbedaan pendapat. Walaupun terkadang kita sebagai orang tua beda pendapat dengan anak,” kata Reza.
Sementara itu, Endro E Efendi dalam pemaparannya menyebutkan alasan pentingnya dilaksanakannya sosialisasi ketahanan keluarga.
“Kenapa ada program ketahanan keluarga? Karena semua percuma kalau keluarga berantakan. Maka DPRD dan Pemprov Kaltim melihat ini penting,” kata Endro yang menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut.
Endro yang merupakan parktisi hipnoterapi mengaku kerap menerima klien akibat keluarga yang mengalami perpecahan dan berakibat pada perceraian.
“Data menyebutkan tahun 2021 ada 65 ribu wanita yang menjadi janda di Kaltim. Ini merusak ketahanan keluarga. Hampir setiap hari saya mempunyai klien yang menjadi korban percerain,” kata Endro menjelaskan.
Untuk itu, Endro meminta kepada pasangan suami-istri untuk mampu memahami satu sama lainnya, terutama sifat dan perilaku dasar laku-laki dan wanita.
“Bapak-bapak itu hanya bisa mengerjakan satu pekerjaan single tasking, laki laki bicaranya hemat. Ibu-ibu sukanya belanja, multitasking, bicaranya per hari sampai 25 ribu kata. Untuk itu mari kita pahami lima bahasa cinta,” kata Endro melanjutkan.
Lima bahasa cinta, kata dia, setiap pasangan harus saling memberikan pujian, sentuhan, pelayanan, memberikan waktu bekualitas, dan hadiah.
“Apa itu bahasa cinta? Pertama saling memuji, berikan pujian. Kalau suaminya sedang dandan rapi berikan pujian, bukan malah dicurigai. Begitupula dengan sentuhan dan pelayanan. Kalau suaminya suka ngopi di warung depan jangan disalahkan, mungkin karena pelayanan di rumah kurang,” jelas Endro lagi.
Persoalan yang kerap muncul, menurut Endro yakni kurangnya ketepatan dalam menyampaikan bahasa cinta antar anggota keluarga.
“Saya pernah tanya ke klien. Istrinya dan suaminya sama-sama tidak tahu kemauan dan keinginan pasangan mereka. Istrinya maunya begini, saya tanya suaminya lain jawabannya, begitupula istrinya,” kata Endro menegaskan. (*)