Kompak.id, Tenggarong – Sosialisasi wawasan kebangsaan Akhmed Reza Fachlevi di RT 04 Desa Loa Lepu Kecamatan Tenggarong Seberang digelar Sabtu (21/1/2023). Sosialisasi kali ini dimulai agak berbeda dari biasanya. Sebab, kedatangan Akhmed Reza disambut pukulan rabbana dan syair shalawatan dari ibu-ibu pengajian setempat.
Sehingga antusiasme ratusan warga yang hadir tampak dari cara penyambutan kepada legislator muda di DPRD Kaltim tersebut. Guna memberikan wawasan kebangsaan sekaligus tidak mengecewakan masyarakat yang hadir, Akhmed Reza menghadirkan narasumber dari Unit Layanan Strategis Badan Kajian Pancasila dan Kenegaraan (ULS BKPN) Universitas Mulawarman, Ridwan Idris. Reza mengatakan, sosialisasi wawasan kebangsaan memang baru kali pertama digelar di Desa Loa Lepu. Dengan begitu, politikus Gerindra itu berharap kepada masyarakat agar dapat menyimak sosialisasi dengan baik.
“Wawasan kebangsaan ini sangat penting, oleh karena itu DPRD Kaltim memfasilitasi sosialisasi ini. Dengan sosialisasi wawasan kebangsaan ini mudah-mudahan kita semakin bersatu membangun Kutai Kartanegara,” kata Reza membuka sosialisasi.
Pentingnya sosialisasi kebangsaan, menurutnya, menjadi pengingat bersama bahwa tujuan bernegara dan berbangsa dalam bingkai NKRI adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
“Ideologi negara kita adalah Pancasila. Ini harus terus kita tanamkan agar Pancasila menjadi spirit kita dalam hidup berbangsa dan bernegara. Karena dengan Pancasila ini kita dipersatukan dengan tujuan mewujudkan kejayaan Indonesia,” ujar Reza yang juga Ketua Komisi IV DPRD Kaltim.
Ridwan Idris selaku narasumber pertama menjelaskan tentang sejarah Nusantara. Menurutnya, nilai-nilai Pancasila yang digali oleh para pendiri bangsa merupakan nilai-nilai yang telah hidup di era kerajaan-kerajaan di Nusantara.
“Nilai-nilai Pancasila sudah ada sejak Indonesia belum ada. Mulai dari Sriwijaya dan Majapahit nilai-nilai Pancasila sudah adaa,” kata Ridwan.
Dengan nilai-nilai itu, Sriwijaya dan Majapahit mampu menjadi kerajaan adidaya di masanya, baik secara ekonomi dan militer.
“Tidak hanya wilayah kekuasaannya yang sampai ke Philipina, bahkan Majapahit menguasai perdagangan dunia,” sebut Ridwan.
Keberhasilan penjajah menduduki wilayah kerajaan-kerajaan di Nusantara hingga revolusi kemerdekaan, kata dia, merupakan akibat dari berhasilnya penjajah dalam menghancurkan rasa persatuan antar rakyat.
“Andai kita sudah bersatu, mungkin kita sudah merdeka dari dulu. Karena rasa persatuan itulah kemudian muncul ada Joung Java, Joung Celebes, Joung Kalimantan dan lainnya. Persoalannya saat ini, generasi muda kita tidak mengenal dan memahami Pancasila. Dulu masih ada pendidikan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau Eka Prasetya Pancakarsa,” kata Ridwan menjelaskan.
“Dengan Pancasila yang sila ke-5 berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, maka konstitusi kita memberikan hak-hak kepada masyarakat, apa itu? kita berhak mendapatkan pendidikan, kesehatan, pekerjaan,” sebutnya.
Sementara Babinsa Koramil Tenggarong Tenggarong Seberang Muhammad PD mengimbau warga Desa Loa Lepu untuk tidak mudah diprovokasi melalui berbagai media. Menurutnya, banyak kelompok-kelompok yang ingin Indonesia gaduh dan masuk dalam konflik sesama anak bangas.
“Bangsa kita ini seperti emas, banyak bangsa lain ingin tinggal di Indonesia. Kalau dulu kita dijajah secara fisik, tapi sekarang penjajahan masuk melalui media sosial, kebudayaan, ekonomi. Itulah cara negara-negara luar ingin menghancurkan negara kita. Jadi kita harus percaya kepada pemerintah termasuk kepada wakil kita di DPRD. Kembalikan lagi tingkat kepercayaan kita, bisa dimulai dari tingkat desa,” paparnya.
Sekretaris Desa (Sekdes) Loa Lepu Rudiansyah yang hadir mewakili kepala desa mengatakan, wawasan kebangsaan juga penting diberikan kepada generasi muda di desanya. Ia berharap pemuda-pemuda Desa Loa Lepu mendapatkan pemahaman yang cukup terkait situasi kebangsaan saat ini dalam berpancasila.
“Kami minta agar sosialiasi wawasan kebangsaan ini tidak hanya sekali diadakan di Desa Loa Lepu khususnga untuk pemuda. Karena pemuda kita saat ini belum memahami soal kebangsaan. Mudahan ini dapat diadakan lagi,” harap Rudiansyah. (*)