Kompak.id, Samarinda – SMK Bhakti Loa Janan terdaftar sebagai sekolah kejuruan pusat keunggulan (PK). Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi telah mencanangkan program sekolah menengah kejuruan pusat keunggulan (SMK PK) . Tujuannya tak lain meningkatkan kompetensi keahlian melalui mitra dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja (DIDUKA).
“Kita daftar melalui online mengikuti ketentuannya. Sekitar 70 berkas harus dipenuhi dan diupload. Lalu tahapan akhir wawancara pihak sekolah. Setelah SK dikeluarkan, Alhamdulillah kami termasuk lolos,” ungkap Dimas Arif Pangayo Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Bhakti Loa Janan kepada media ini, Senin, (15/8/2022).
Dimas melanjutkan, keberhasilan tersebut juga didukung sekolah lainnya yang lebih dulu terdaftar sebagai sekolah kejuruan pusat keunggulan.
“Kita juga bertanya ke SMK Setia Budi Luhur prosesnya seperti apa. Karena mereka sudah terdaftar tahun kemarin,” katanya lagi.
Dengan pusat keunggulan, kata dia, sekolah memiliki nilai lebih. Di antaranya sekolah menjadi model dalam menyukseskan program lanjutan dari pemerintah dengan menjadi mitra sekolah lainnya.
“SMK PK tugasnya mengajari sekolah binaan disekelilingnya. Contohnya implementasi kurikulum merdeka belajar dan mengamalkan pelajar pancasila,” katanya menjelaskan.
Usai terdaftar sekolah pusat keunggulan, Dimas menuturkan, SMK Bhakti Loa Janan tengah menjalankan skema pemadanan dukungan dengan melibatkan industri sebagai pendukung pengembangan pendidikan vokasi.
“Setelah ini kita fokus SMK PK yang pemadanan untuk bekerja sama dengan industri. Bisa berupa pelatihan atau guru tamu dari sananya,” jelas Dimas.
Menurutnya, skema tersebut membantu sekolah dalam penguatan pembelajaran serta pemenuhan fasilitas melalui investasi industri. Investasi diberikan berupa tunai (in cash) maupun pengadaan sarana prasarana (in kind) sesuai dengan kebutuhan sekolah. Selain itu, industri berkesempatan membina dan menyaring kemampuan yang dimiliki murid guna menghasilkan lulusan unggul yang sesuai dibutuhkan industri.
Adapun nilai investasi, awalnya berjumlah minimal senilai Rp1 miliar. Namun, kini berubah menjadi Rp300 juta seiring ketetapan Kemendikbudristek. Meski begitu, sekolah berupaya menyakinkan industri agar dapat bersinergi.
“Masih kesusahan menyakinkan industri untuk berinvestasi. Meskipun nominalnya turun,” ungkapnya.
Meski begitu, investasi dari dunia industri tidak menjadi sumber semata wayang pendanaan sekolah. Tapi Kemendikbudristek yang berinvestasi kepada SMK dengan nilai yang sama.
“Jadi pemadanan itu jumlah bantuan yang diberikan kementerian sama seperti investasi pihak industri,” kata Dimas mengakhiri. (Adv/*)