Kompak.id, Samarinda – Sekolah berbasis Madrasah memiliki hal unik dalam penyusunan kurikulumnya karena mesti menyesuaikan antara kurikulum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) dengan kurikulum yang diatur oleh Kementerian Agama (Kemenag), mengingat Madrasah berada dibawah naungan Kemenag itu sendiri, mengambil MAN 2 Samarinda sebagai contoh, penyesuaian kurikulum tersebut menghasilkan perbedaan mata pelajaran yang signifikan antara MAN 2 Samarinda dengan SLTA lain di Kota Samarinda.
“Semua madrasah itu induk dan naungannya di Kemenag RI, tapi karena kurikulum disdik dan kemenag berbeda makanya dikolaborasikan, jadi kurikulum disdik kita ikuti begitupun dengan kurikulum Kemenag,” ungkap Waka Humas MAN 2 Samarinda, Usman, Senin (31/7/2023).
Usman melanjutkan, karena pendidikan berada di ranah Disdikbud dan Kemenag bertindak sebagai penaung Madrasah, maka penyesuaian kurikulum harus dilaksanakan, hasil penyesuaian tersebut yang menyebabkan perbedaan mata pelajaran antara Madrasah dengan SLTA lainnya.
Mata pelajaran agama contohnya, jika di SLTA umum seperti SMA atau SMK mata pelajaran agama hanya dibahas umum dalam Pendidikan Agama Islam (PAI), lain hal nya di sekolah Madrasah seperti MAN, pelajaran agama akan terpecah menjadi beberapa macam mata pelajaran seperti, akidah ahlak, fiqh, hadist, tafsir, nahwu shorof, dan lain-lain.
“Itu semua mengikuti kementrian agama, jadi semua mapel SMA itu kita pelajari plus mapel kita sendiri yang dari kemenag,” jelas Usman.
Usman menambahkan, karena memiliki dua kurikulum yang digabungkan akhirnya membuat mata pelajaran yang ada di MAN lebih banyak daripada yang ada di SMA atau SMK.
Menanggapi hal tersebut, dirinya mengaku pihaknya di MAN 2 biasanya melakukan sesi interview kepada calon siswa di masa penerimaan siswa baru, untuk membahas perihal durasi kegiatan belajar mengajar dan jumlah mata pelajaran di MAN 2, sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk calon siswa.
“Jadi kalau misalnya mau mundur, bisa mundur dari awal, jangan sampai di tengah jalan nanti mundur, kan kasian juga,” jelas Usman.
Usman menjelaskan, kehadiran Disdikbud hanya sebatas di kurikulum saja, lebih daripada itu, semua berada dibawah naungan Kemenag, termasuk pengajuan Sapras dan kepegawaian yang di rekrut melalui jalur Kemenag.
“Kecuali beberapa tahun sebelumnya, ada istilahnya guru dari Disdikbud yang diperbantukan ke Madrasah, tapi sekarang mulai dinetralkan, jadi mereka mengajarnya sudah di SMA atau SMK di bawah naungan Disdikbud,” pungkas Usman. (Adv/Ain/Disdikbud Kaltim)