Kompak.id, Tenggarong – Desa Pela di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) semakin menarik perhatian sebagai destinasi wisata berbasis alam setelah kemunculan pesut Mahakam yang semakin sering terlihat pada sore hari. Kondisi ini membuat desa tersebut menjadi salah satu ikon wisata sungai di Kalimantan Timur.
Sekretaris Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim, Restiawan Baihaqi, menegaskan bahwa terkait dua pesut yang ditemukan mati beberapa waktu lalu, penyebabnya bukan akibat aktivitas wisata melainkan faktor usia.
“Saya ikuti semua informasinya. Kematian itu karena umur. Sekarang juga tidak ada lagi jaring di pinggir sungai,” jelasnya, Selasa (18/11/2025).
Ia juga mengapresiasi para motoris perahu yang kini sangat berhati-hati saat melintas di sungai.
“Motoris sekarang kalau lewat sore pelan sekali supaya tidak kena baling-baling. Ini kesadaran yang baik,” tambahnya.
Menurut Baihaqi, populasi pesut sekitar 60–62 ekor memang rawan turun karena faktor reproduksi yang lambat. Namun kondisi alam di Pela cukup baik dan aktivitas wisata tidak mengganggu habitat pesut selama tetap tertib.
Penguatan desa wisata seperti Pela merupakan bagian penting dari Jospol poin 5, yang menekankan pariwisata berbasis desa dan masyarakat. Restiawan menilai bahwa desa wisata memberikan dampak langsung kepada warga lewat homestay, kuliner, dan jasa transportasi.
Selain itu, isu ini terkait erat dengan Jospol poin 8 mengenai revitalisasi Sungai Mahakam untuk transportasi dan pariwisata.
“Pela ini contoh bagaimana sungai bisa dimanfaatkan tanpa merusak ekosistem, Kita akan terus perkuat desa wisata seperti ini agar bisa bersaing di tingkat nasional,” tutup Baihaqi. (Adv/Diskominfo Kaltim)
