Kompak.id | Komunikatif, Profesional & Kredibel
BERITA UTAMA DPRD KALTIM PENDIDIKAN

Sosialisai Kebangsaan Akhmed Reza, Narasumber: Tan Hana Dharma Mangrwa

Akhmed Reza Fachlevi saat menggelar sosialisasi kebangsaan di Desa Kahala, Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Rabu (30/11/2022).

Kompak.id, Tenggarong – Sebagai warga negara, memiliki rasa cinta tanah air merupakan keharusan. Guna mempartahankan semangat itu, maka nilai-nilai kebangsaan harus ditanamkan kepada setiap warga negara. Untuk itu anggota DPRD Kaltim, Ahkmed Reza Fachlevi tetap bersemangat dalam memfasilitasi masyarakat dan pemerintah dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. seperti dalam kegiatan sosialisasi kebangsaan yang digelarnya di Desa Kahala, Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Rabu (30/11/2022).

Dalam sosialisasi kebangsaan ini, pria yang akrab disapa Reza tersebut menegaskan, ideologi Pancasila sebagai falsafah negara tidak boleh pudar dari kesadaran bangsa. Sehingga siapapun baik pemerintah maupun rakyat harus berupaya menjaga dengan cara mengamalkannya.

“Tahun-tahun sebelumnya tidak ada sosialisasi kebangsaan. Pak Prabowo menekankan kepada kader Gerindra untuk bisa turun ke masyarakat, menyampaikan pentingnya ideologi Pancasila,” kata Reza yang juga Ketua Komisi IV DPRD Kaltim saat membuka sosialisasinya.

Dalam sosialisasi yang dihadiri seratusan warga Desa Kahala dan sejumlah unsur pemerintah kecamatan itu, Reza menunjukkan keseriusannya, dengan menghadirkan narasumber dari Unit Layanan Strategis Badan Kajian Pancasila dan Kenegaraan (ULS BKPN) Universitas Mulawarman, Ridwan Idris.

“Jadi nanti akan dijelaskan Bapak Ridwan dari Badan Kajian Pancasila Unmul. Semoga kegiatan ini memberikan manfaat bagi kita,” katanya.

Kemudian dalam paparannya, Ridwan Idris menjabarkan, di  dunia pendidikan, nilai-nilai kebangsaan saat ini masih kurang diberikan kepada peserta didik baik di sekolah maupun di kampus. Hal tersebut berdampak pada pemahaman generasi muda terhadap nilai-nilai Pancasila dan kebangsaan.

“Pendidikan kewarnegaraan ada dua, satu tentang kebangsaan satunya tidak. Ternyata ini berdampak pada generasi muda kita. 40 persen generasi muda kita terpapar radikalisme yang ingin mengganti Pancasila. Karena membenturkan agama dan Pancasila,” kata Ridwan mulai mengurai.

BACA JUGA :  Tahun Pertama Jadi UKM, Fisipers Gelar Journalist Week

Ia mengaskan, Pancasila dan agama sudah tidak relevan dibentur-benturkan. Selain sudah final sebagai idelogi negara, Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan agama manapun.

“Semakin Pancasilais seseorang maka semakin religius, semakin Pancasilais sesorang maka semakin toleran,” ujarnya menegaskan.

Sejak Indonesia menjadi republik, Pancasila sampai saat ini telah terbukti mampu menjadi pemersatu negara. Bahkan jauh sebelumnya, sejak 6 abad yang lalu, falsafah ini telah digunakan Majapahit dan Mataram Hindu, Pancasila merupakan produk asli Nusantara. Meski terdapat banyak agama, suku, dan budaya, Indonesia tetap bersatu dengan Bhineka Tunggal Ika, yang secara lengkap berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa” atau berbeda-beda tetap satu, tidak ada kebenaran yang medua, demikian Mpu Tantular menulisnya.

“Kenapa Pancasila sampai sekarang masih bertahan? Karena menjadi perekat kita. Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa,” sebut Ridwan.

Dengan begitu, Ridwan kembali menegaskan, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kata dia, juga termaktub dalam Al Quran surah Al Ikhlas yang menegaskan ke-esa-an Tuhan. Sehingga seorang yang religius akan sangat menerima Pancasila sebagai falsafah kebangsaan sekaligus ke-Indonesiaan.

“Menjadi Pancasilais otomotis kita menjadi spiritualis sejati,” katanya menambahkan.

Saat dibuka sesi dialog, sejumlah warga mengajukan pertanyaan kepada Reza dan Ridwan terkait fenomena kekinian terutama perilaku generasi muda. Selain itu, terdapat juga warga yang bertanya bagaimana caranya membendung derasnya pengaruh kebudayaan asing yang digandrungi oleh generasi saat ini. (*)

Related posts