Kompak.id | Komunikatif, Profesional & Kredibel
BERITA UTAMA

Bebani Petani dan Nelayan, Abah Nanang Usul Kenaikan BBM Ditinjau Ulang

Abah Nanang (kanan) merespons keluhan petani sawit di Kaltim.

SAMARINDA – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sudah diumumkan 3 September 2022 tadi, diusulkan untuk ditinjau ulang. Sebab, kebijakan itu dinilai sangat memberatkan para petani kelapa sawit, juga petani sawah yang ada di Kaltim.

“Saya mendengarkan semua keluhan dari para petani. Baik petani sawit maupun petani sawah, mereka mengeluh dengan keputusan ini,” sebut H. Nanang Sulaiman, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal daerah pemilihan Kaltim, (10/9) tadi.

Senator yang akrab disapa Abah Nanang ini menyampaikan, kondisi petani sawit tentu berbeda dengan perusahaan kelapa sawit skala besar.

“Mereka selama pandemi sudah sulit. Harga kelapa sawit juga sempat terpuruk. Baru saja mau menikmati hasil karena harga mulai naik, dipukul lagi dengan kenaikan harga BBM,” ulasnya.

Operasional petani sawit tentu memerlukan BBM yang tidak sedikit. Misalnya proses mengangkut buah sawit, sampai proses perawatan yang memerlukan BBM.

Begitu pula petani sawah, menurutnya sangat terpukul dengan kebijakan ini, karena saat ini sektor pertanian juga sudah banyak menggunakan mesin. Dengan naiknya harga BBM tentu saja akan menaikkan biaya operasional, sementara harga jual hasil panen tidak bisa mengalami kenaikan. Sehingga ongkos produksi tidak sebanding dengan harga jual.

Bebani Petani dan Nelayan, Abah Nanang Usul Kenaikan BBM Ditinjau Ulang

SAMARINDA – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sudah diumumkan 3 September 2022 tadi, diusulkan untuk ditinjau ulang. Sebab, kebijakan itu dinilai sangat memberatkan para petani kelapa sawit, juga petani sawah yang ada di Kaltim.

“Saya mendengarkan semua keluhan dari para petani. Baik petani sawit maupun petani sawah, mereka mengeluh dengan keputusan ini,” sebut H. Nanang Sulaiman, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal daerah pemilihan Kaltim, (10/9) tadi.

BACA JUGA :  Gas Elpiji Langka Saat Lebaran? Ini Jawaban Pertamina

Senator yang akrab disapa Abah Nanang ini menyampaikan, kondisi petani sawit tentu berbeda dengan perusahaan kelapa sawit skala besar.

“Mereka selama pandemi sudah sulit. Harga kelapa sawit juga sempat terpuruk. Baru saja mau menikmati hasil karena harga mulai naik, dipukul lagi dengan kenaikan harga BBM,” ulasnya.

Operasional petani sawit tentu memerlukan BBM yang tidak sedikit. Misalnya proses mengangkut buah sawit, sampai proses perawatan yang memerlukan BBM.

Begitu pula petani sawah, menurutnya sangat terpukul dengan kebijakan ini, karena saat ini sektor pertanian juga sudah banyak menggunakan mesin. Dengan naiknya harga BBM tentu saja akan menaikkan biaya operasional, sementara harga jual hasil panen tidak bisa mengalami kenaikan. Sehingga ongkos produksi tidak sebanding dengan harga jual.

Selain petani, tak kalah pentingnya adalah nelayan baik nelayan tangkap laut, dan nelayan Sungai Mahakam, juga nelayan budidaya. Untuk melaut atau mencari ikan di sungai, jelas memerlukan BBM.

“Kalau harga BBM-nya makin mahal, jelas sangat memberatkan mereka,” ujarnya.

Itu sebabnya, ia mengusulkan agar kenaikan harga BBM yang sudah diputuskan itu bisa ditinjau ulang bahkan dibatalkan. Sebagai gantinya, Abah Nanang mengusulkan agar pendapatan negara bisa didapatkan dengan cara melakukan penghematan pada pos-pos anggaran yang bisa ditekan agar lebih efisien.

“Usulan ini penting untuk didengarkan. Karena kondisi rakyat saat ini sedang sangat kesulitan,” pungkasnya.

Itu sebabnya, ia mengusulkan agar kenaikan harga BBM yang sudah diputuskan itu bisa ditinjau ulang bahkan dibatalkan. Sebagai gantinya, Abah Nanang mengusulkan agar pendapatan negara bisa didapatkan dengan cara melakukan penghematan pada pos-pos anggaran yang bisa ditekan agar lebih efisien.

“Usulan ini penting untuk didengarkan. Karena kondisi rakyat saat ini sedang sangat kesulitan,” pungkasnya.

Related posts