Kompak.id, Samarinda – Kurangnya sarana dan prasana seperti gedung di sekolah dinilai mempengaruhi efektivitas belajar mengajar di sekolah. Selain itu, kurangnya fasilitas belajar juga berdampak pada kejiwaan peserta didik.
“Imbasnya ke psikologis anak didik dan guru saat KBM berlangsung. Selain itu juga mempengaruhi praktikum lapangan. Karena tidak ada laboratorium. Padahal itu nilai besar yang harus didapat siswa. Tapi selama belajar mengajar berjalan seadanya sudah memenuhi kewajiban yang kami berikan,” kata Rita Widiasmara Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikukum SMAN 17 Samarinda, Selasa, (21/6/2022).
Rita melanjutkan, sekolah saat ini sedang mempersiapkan penerapan kurikulum merdeka belajar tahun ajaran 2022-2023 bagi kelas X. Untuk itu, 18 tenaga didik disiapkan untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar melalui pelatihan, seperti in house training bedah kurikulum. Sementara itu, lanjut Rita, kurikulum 2013 dengan merdeka belajar memiliki sejumlah perbedaan dengan kirikulum sebelumnya. Di antaranya tidak ada peminatan jurusan. Karenanya pembekalan kepada guru menjadi fokus utama.
Kendati masih menumpang, SMA yang berlokasi di Jalan Pattimura Kelurahan Mangkupalas Kecamatan Samarinda Seberang ini optimistis, implementasi kurikulum merdeka belajar berjalan lancar. Untuk itu diperlukan kerja sama antara guru dan siswa. Terkait kurikulum ini, sosialisasi kepada peserta didik akan dilaksanakan saat masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), sedangkan kepada wali murid diberikan ketika PPDB berlangsung.
“Kita menyiapkan 18 guru untuk kelas X nanti, sekaligus kita beri bekal dasar dari internal atau pelatihan di luar. Semoga siswa bisa beradaptasi dengan kurikulum merdeka belajar dan bisa membuat membuat mereka semangat belajar. Apalagi kan sekarang sudah tatap muka lagi,” ujarnya mengakhiri. (Adv/*)