KOTA BANGUN – Petani di Desa Muhuran, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, kini hanya gigit jari. Harapan bisa memanen padi, sirna. Tak kurang dari 100 hektare sawah di desa ini terendam banjir, justru ketika padi siap dipanen.
Kepala Desa Muhuran, Akhmad Nur mengatakan, petani di desanya, termasuk dirinya, hanya bisa pasrah ketika padi yang siap dipanen itu kini terendam air karena banjir. Dikatakan, ada 158 hektare sawah yang sebelumnya ditanami padi di desa tersebut.
“Ada lebih 100 hektare yang tenggelam. Sedikit saja yang bisa dipanen oleh petani,” sebut Akhmad Nur, Sabtu (26/2) tadi.
Jika tidak banjir, setiap hektare sawah ini bisa menghasilkan padi sebanyak 4 ton per hektare. Itu artinya ada sekitar 400 ton potensi padi yang gagal panen akibat musibah banjir ini.
Diakui, areal persawahan di desa ini memang kerap terjadi banjir tahunan. Namun, sejak 2017 sebenarnya sempat aman dan tidak pernah mengalami banjir. Perubahan iklim kemudian terjadi pada September 2021 tadi, hingga saat ini masih banjir.
Akhmad Nur pun mengaku bingung, karena perhitungan sudah meleset. “Saya tidak tahu, sekarang kondisi alam susah ditebak,” sambungnya.
Dikatakan, selama ini petani di Desa Muhuran memiliki kearifan lokal. Mereka mampu menghitung iklim dengan pola bintang.
“Tapi sekarang ini meleset, tidak bisa lagi. Dulu dengan pola bintang kami tahu kapan akan banjir dan kapan tidak banjir,” bebernya.
Ia berharap, ada bantuan untuk benih padi dari pemerintah. Sebab, para petani harus kembali bangkit untuk bercocok tanam. “Mudah-mudahan setelah banjir surut, dengan bantuan benih, kami bisa cocok tanam lagi,” ucapnya.
Menanggapi hal tersebut, anggota DPRD Kaltim, H Akhmed Reza Fachlevi S.Sos dari daerah pemilihan Kutai Kartanegara ini, akan meneruskan persoalan banjir ini dalam rapat komisi. Reza, sapaan akrabnya, berada di Komisi II yang membidangi sektor pertanian.
“Saya berharap ada sinergi antara Pemprov Kaltim dengan Pemkab Kutai Kartanegara, untuk mencarikan solusi,” sebut wakil rakyat dari Fraksi Partai Gerindra ini. Sebab, banjir yang menggenangi lahan pertanian di Desa Muhuran tersebut tentu sangat menyulitkan petani.
“Mudah-mudahan ada solusi segera, untuk benih padi, supaya mereka bisa menanam padi lagi,” pungkasnya. (*)